Masukkan Code ini K1-89Y66B-6
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Keutamaan Menuntut Ilmu yang Bermanfaat

Bahasan kali ini menjelaskan keutamaan penuntut Ilmu yang bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu karena rela terhadap perbuatannya".

Rasulullah SAW bersabda :

"Kamu berangkat di waktu pagi belajar satu bab ilmu, lebih baik bagimu daripada kamu melakukan shalat seribu rakaat."

Rasulullah SAW bersabda :

"Allah SWT menjamin rezeki penuntut ilmu"

Syeikh Ibnu Atha'illah berkata dalam kitab Tanwiir Fii Isqathit Tadbir :

"Ketahuilah! Sesungguhnya ilmu yang sering dibicarakan dalam kitab Al Quran dan Hadits Rasulullah SAW adalah ilmu yang bermanfaat yang disertai dengan rasa takut kepada Allah SWT."
"Dan ketahuilah! dalam Al Quran dan haditster dapat banyak keterangan tentang keutamaan Ilmu dan Ulama. Dan tidak akan berhasil kecuali orang yang berniat dengan sungguh-sungguh, yakni bertujuan mencari Ridho Allah dan digunakan untuk hal yang positif, punya kemauan untuk keluar dari gelapnya kebodohan ke cahaya ilmu. Niat yang positif ini berdampak positif di akhirat dan buahnya bisa dipetik di dunia untuk taat kepada Allah SWT.

"Ketahuilah! Bila kamu mencari ilmu untuk berdebat, congkak, dan lebih maju dari orang lain, ingin menarik simpati manusia, menimbun harta dunia, maka kamu termasuk orang yang berupaya untuk meruntuhkan agamamu, membinasakan jiwamu, menjual akhiratmu dengan duniamu. Jadi akadmu merugi, perdaganganmu rusak, gurumu termasuk membantumu untuk maksiat, dan sekutu dalam membuat kerugianmu. Dia laksana penjual pedang kepada  penjahat sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
  • "Barang siapa mendukung kemaksiatan sekalipun dengan kalimat maka termasuk sekutunya."

"Bila tujuanmu  dalam mencari ilmu adalah untuk mendapatkan petunjuk, bukan sekedar riwayat mendengarkan ilmu maka alangkah baiknya. Sesungguhnya malaikat akan menghamparkan sayapnya kepadamu bila kamu berjalan, dan ikan-ikan di laut akan memintakan ampun kepadamu bila kamu berupaya (untuk mencari ilmu).

Ketahuilah wahai para penuntut ilmu bahwa menuntut ilmu harus memiliki prinsip, yakni "mencari ilmu ditujukan untuk menjadi bekal kebahagiaan akhirat dan karena Allah. Bukan bertujuan selain keduanya tersebut. Orang yang berprinsip ini akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat dan dia disebut Muttaqiin, sebagaimana firman Allah SWT :

"Sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang bertakwa." (Albaqarah 197).

Firman Allah pula :

"Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa."

Pengertian Takwa adalah menjauhi larangan Allah dan melakukan perintah-Nya. Orang yang menuntut ilmu untuk tujuan duniawi, kemegahan, kemuliaan dan popularitas, maka dia akan diketahui berniat jahat. Bila dia mati dan belum bertaubat, maka kematiannya dalam keadaan maksiat dan durhaka. Bila dia mau bertaubat terlebih dahulu lalu menjalankan ilmunya dengan amal baik, dia akan tergolong orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Orang yang bertaubat dari dosa sama dengan orang yang tidak berdosa lalu mendapat keridhoan Allah. Seperti firman-Nya :

"Sesungguhnya Allah cinta kepada orang-orang yang suka bertaubat dan bersuci dari najis dan dosa." (Attaubah :4)

Ada orang yang menuntut ilmu dengan bertujuan harta, kemegahan, kebesaran, kesombongan, dan kemuliaan, banyak pengikutnya, banyak simpatisannya, mudah mendapat fasilitas segala kebutuhannya, padahal mereka tidak berani mengingatkan perbuatannya. Mereka kira bahwa dia telah dekat dengan Allah. dia berlagak sebagai ulama, berpenampilan orang shaleh. Tapi hatinya senang kepada dunia dan kemuliaan. Orang semacam ini akan binasa di akhirat, akalnya kurang, terpedaya dengan harta dunia. Dia sesat dan menyesatkan orang lain. Dia adalah sejahat-jahat ulama yang pernah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW: 

"Aku lebih khawatir terhadapmu daripada dajjal. Dikatakan : Apakah itu wahai Rasulullah! Rasul menjawab : Ulama Suu' (Ulama Jahat).

Rasulullah SAW bersabda :

"Barang siapa bertambah ilmunya, tapi petunjuknya tidak bertambah, maka akan semakin jauh dari Allah."

Ketahuilah wahai para pencari ilmu, bahwa hidayah dan takwa merupakan dua perkataan yang mempunyai arti tetap.  Dan masing-masing mempunyai permulaan dan akhir. Oleh karena itu, Imam Ghozali berkata dalam kitab Bidayatul Hidayah sebagai berikut :
  • "Ketahuilah! Sesungguhnya permulaan hidayah adalah Takwa Lahiriyah, dan muaranya ada pada Takwa Bathiniah. Tiada dampak positif kecuali dengan takwa. Dan tiada hidayah kecuali untuk muttaqin (orang-orang yang bertakwa)."
Firman Allah SWT :
"Tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjukkan kepada siapa saja yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya Engkau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Asy Syura : 52)

Ibadah seperti mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Allah, sama halnya dengan Ibadah Lahiriah. Misalnya shalat, puasa, zakat dan lain-lain. Sedangkan Ketaatan Bathin adalah seperti ikhlas, merendahkan diri, nasehat, zuhud, sabar, suka memaafkan, dan tawakkal. Sedangkan perbuatan maksiat adalah seperti berzina, mencuri, minum minuman keras, membunuh orang, membuat orang malu, mencaci maki dan lain-lain. Lalu Maksiat Bathin adalah seperti riya', ujub, congkak, hasud, cinta kepada dunia dan lain-lain.

0 komentar:

Posting Komentar